Kadang aku merasa hidup itu kayak sinetron 30 menit yang episode-episodenya berujung cliffhanger: selalu ada konflik baru, belum selesai satu masalah tiba-tiba muncul lagi. Trus aku mikir, aduh, hidup bukan harus penuh adegan nangis sambil hujan di jendela kok. Hari-hari ini aku lagi eksperimen minimalist drama: mencoba satu hari tanpa drama. Bukan berarti semua masalah hilang, tapi aku berusaha bikin ritme kecil yang bikin keseimbangan hidup lebih breathable. Ini catatan kecil dari hari percobaan itu — semacam diary tapi yang ceritanya lumayan berguna.
Mulai dari hal receh: alarm bukan musuh
Pagi itu aku nyetel alarm 15 menit lebih awal. Simple banget, kan? Tapi efeknya besar. Alih-alih bangun panik, aku sempat minum air putih, tarik napas, dan sengaja melepas notifikasi selama setengah jam. Kelihatannya receh, tapi percayalah: menghindari drama pagi-pagi itu menyelamatkan mood. Aku jadi nggak perlu marah-marah ke cermin karena ketinggalan ojek, atau misuh karena lipstick lari. Kadang langkah paling kecil itu yang ngeredam rentetan drama sepanjang hari.
Ngabuburit mini: jeda kecil sebelum meledak
Siang hari kuisi waktuku dengan “ngabuburit mini”: 10 menit jalan kaki, 5 menit stretching, 10 menit duduk diam sambil dengerin lagu favorit. Enggak perlu ritual panjang — ini bukan retreat mewah — cuma jeda supaya otak nggak overheat. Jeda-jeda kayak gini bikin aku nggak memproyeksikan emosi ke orang lain. Kalau lagi bete, aku lebih milih bikin kopi daripada ngajak debat kusir. Dulu aku sering mikir, kalau emosi muncul ya harus diutarakan sekarang juga. Sekarang aku belajar, kadang yang terbaik adalah menunda reaksi dan kasih waktu ke diri sendiri.
Aturan kecil: jangan baper dulu sebelum faktanya jelas
Salah satu drama terbesar versi aku: baper tanpa alasan. Kebiasaan multitafsir di WhatsApp, ngartiin nada, atau berprasangka soal satu baris chat bisa bikin toko drama buka 24 jam. Jadi aku bikin aturan kecil: sebelum bereaksi, baca ulang. Kalau masih bikin deg-degan, tunggu 1 jam. Lebih sering daripada nggak, kecemasan itu menguap ketika konteks sebenarnya muncul. Toh, hidup ini terlalu pendek untuk disalut bumbu drama akibat salah baca emoji.
Di tengah hari aku sempat iseng buka sebuah blog yang isinya curhat-curhat stylistik, dan entah kenapa baca itu bikin aku ngakak sekaligus ngerasa lega — kadang kita butuh pengingat bahwa semua orang punya drama receh. Kalau mau baca-baca untuk hiburan (atau buat ngerasain “yang nggak sendiri”), coba intip exposingmychampagneproblems. Tapi inget, jangan dijadikan bahan perbandingan kehidupan, itu jebakan klasik.
Belajar bilang “enggak” tanpa drama
Buat aku, salah satu jurus anti-drama adalah kemampuan bilang “enggak” secara sopan. Dulu aku sering terjebak jadi orang yang selalu oke-in semua ajakan karena takut mengecewakan. Hasilnya? Energi terkuras, mood meledak pada waktu yang nggak terduga. Sekarang aku latihan jawab singkat: “Makasih, tapi nggak bisa hari ini.” Tanpa berdusta, tanpa drama panjang. Orang yang paham akan mengerti; yang nggak paham, yah itu urusannya dia.
Rayakan yang kecil-kecil, jangan nunggu momen besar
Sore hari, aku sengaja bikin tradisi kecil: setelah kerja aku tulis tiga hal kecil yang bikin hari itu layak dijalani — bisa sekadar minum es kopi enak, senyum dari tetangga, atau task yang selesai. Menulis itu bikin otak kita lebih fokus ngeliat positif daripada memikirkan apa yang nggak beres. Kadang kita kebiasaan nunggu momen besar baru mau selebrasi, padahal banyak momen kecil yang sebenarnya sudah layak dirayakan.
Gimana kalau drama tetap nyelonong?
Ya, nggak semua hari bisa bebas drama. Ada hari-hari di mana masalah nyata tiba-tiba hadir: keluarga, kesehatan, kerjaan. Ritme kecil ini bukan obat mujarab, melainkan penyangga. Kalau drama datang, aku tarik napas, ingat langkah-langkah kecil ini, dan hadapi dengan energi lebih teratur. Kadang cukup dengan menulis soal itu, atau cerita ke satu orang yang sabar. Drama jadi lebih manageable kalau kita punya rutinitas yang menenangkan.
Pulang ke rumah malamnya aku ngetik ini sambil makan malam sederhana. Rasanya aneh dan enak: puas karena nggak kebawa drama, dan sadar bahwa keseimbangan itu dibangun dari kebiasaan-kebiasaan kecil. Sehari tanpa drama bukan tujuan permanen, tapi latihan supaya kita lebih sering menemukan keseimbangan dalam kekacauan. Semoga besok aku bisa ulangi. Kalau kamu mau, coba juga — mulai dari hal paling sederhana. Siapa tahu hidupmu juga bisa sedikit lebih adem.